Jumat, 12 Desember 2014

OPINIKU: SELAMAT HARI BELANJA ONLINE NASIONAL

OPINIKU: SELAMAT HARI BELANJA ONLINE NASIONAL: Belanja online! sudah mulai mewabah di kalangan para onliners, selain karena harga bersaing,kemudahan mengakses,  juga produk yang ditawar...

SELAMAT HARI BELANJA ONLINE NASIONAL

Belanja online! sudah mulai mewabah di kalangan para onliners, selain karena harga bersaing,kemudahan mengakses,  juga produk yang ditawarkan beraneka macam. Etalase produkpun makin beragam dan dipajang di berbagai media sosial seperti facebook, instagram, twitter, path, website dan para pemasar online yang sudah lama berkecimpung di dunia ini.

Namun sebelum melakukan belanja online perlu dicermati dan perlu hati hati, jangan sampai kita membeli barang namun tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. 

Banyak model dan warna yang ditawarkan sehingga menarik perhatian.Misalnya kita akan membeli pakaian, tidak jarang foto yang ditampilkan di etalase online menggunakan manekin atau model dengan proporsi tubuh yang ideal. Rata rata ukuran mereka adalah ukuran all size atau M. Jadi bagi yang akan membeli pakaian khususnya pakaian wanita harus berhati hati terutama menyangkut ukuran. Kemudian perhatikan jenis bahannya apakah dari katun, syfone, paris atau sutera atau lainnya. Kemudian kita juga jangan gampang tergoda dengan harga yang miring dengan discount. secara logika jika barang bagus maka harga tidak akan terlalu miring. Kita dapat memprediksi sendiri kira kira jika kita membeli bahan kemudian menjahitkan ke modiste berapa biaya yang harus kita keluarkan untuk itu. Jika ternyata barang yang ditawarkan secara online harganya lebih murah jauh dibawah bahkan sampai 50 % kemungkinan barang tersebut diproduksi secara masal atau barang konveksi sehingga harga dapat murah. 

Namun tidak semua barang murah mempunyai kualitas jelek. Kadang produsen fashion terutama dari merek merek yang sudah mapan dipasar  memberanikan diri menurunkan harga produknya untuk menghabiskan stok yang ada. Hal ini dilakukan supaya persediaan barang tidak terlalu banyak mengingat model baru akan segera muncul.

Untuk yang berbelanja produk elektronik dan lainnya,pastikan anda sudah melakukan survei ke laman lainnya atau informasi lain. Hal ini dilakukan agar kita benar benar tahu spesifikasi barang, harga, kualitas, after sales service dan informasi lainnya.

Berbelanja online memang sangat praktis, dengan menggunakan handphone kita sudah dapat bertransaksi dan mendapatkan barang sesuai yang kita inginkan. Kita sudah tidak lagi repot repot untuk pergi ke mal atau ke pasar .Selain menghemat waktu, menghemat biaya tentu karena kita berbelanja langsung dengan apa yang kita tuju. Karena jika kita belanja di mall untuk membeli sepatu atau baju, pasti kita mengeluarkan biaya ekstra untuk berbelanja, misalnya biaya parkir, biaya transportasi, biaya makan jika memang pas saat waktu makan bahkan ada yang menambahkan biaya lain lain karena kadang mata kita akan membeli suatu barang dengan harga discount padahal tujuan semula kita tidak akan membeli barang itu.

Dengan kemudahan dan plus minusnya belanja secara online maka anda dapat memilih mau melakukan belanja di mana. Kebetulan hari ini adalah "Hari belanja online nasional" dan tepat tanggal 12 pukul 12 malam akan ada discount besar besaran di salah satu store online.
Silahkan search dan SELAMAT BERBELANJA!

Selasa, 16 September 2014

OPINIKU: Persepsi dan Pengambilan Keputusan

OPINIKU: Persepsi dan Pengambilan Keputusan: Dalam kehidupan sehari hari tanpa kita sadari kita sering menilai, memikirkan dan akhirnya mengambil suatu keputusan atau kesimpulan  kare...

OPINIKU: Persepsi dan Pengambilan Keputusan

OPINIKU: Persepsi dan Pengambilan Keputusan: Dalam kehidupan sehari hari tanpa kita sadari kita sering menilai, memikirkan dan akhirnya mengambil suatu keputusan atau kesimpulan  kare...

OPINIKU: OPINIKU: Ayah dan Kacamataku

OPINIKU: OPINIKU: Ayah dan Kacamataku: OPINIKU: Ayah dan Kacamataku : Dari kecil mataku sering mengalami gangguan karena memang lubang air mata yang kecil sehingga jika ada debu s...

Senin, 15 September 2014

Persepsi dan Pengambilan Keputusan

Dalam kehidupan sehari hari tanpa kita sadari kita sering menilai, memikirkan dan akhirnya mengambil suatu keputusan atau kesimpulan  karena persepsi yang kita punya. Dalam diskusi dengan kolega, persepsi dapat menjadi suatu pembicaraan yang tidak akan pernah ada ujungnya karena masing masing mempunyai persepsi berdasarkan pengalaman, referensi bahkan juga ada yang berdasarkan informasi liar dari mulut ke mulut yang lebih dikenal dengan gosip. Semua itu tergantung individu dalam menyikapinya, dan pilihan setiap individu untuk menyaring semua informasi yang mereka dapatkan.

Lalu apakah persepsi itu sendiri? menurut Stephen P. Robbins , dalam bukunya " Organizational Behaviour" Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipresepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan obyektif. Meskipun tidak selalu berbeda namun sering terdapat ketidaksepakatan. 

Kita pernah melihat sebuah gelas berisi setengah air sirup di dalamnya. Kita dapat mencoba untuk menanyakan kepada dua atau tiga orang sebenarnya posisi gelas tersebut bagaimana. Kemungkinan jawaban akan ada beberapa jawaban tergantung persepsi masing masing, bisa jadi ada yang menjawab gelas itu setengah terisi air sirup, ada yang mengatakan gelas itu isinya setengah udara, ada yang mengatakan gelas itu setengah kosong ada pula yang mengatakan gelas itu tidak terisi penuh.

 Dari dua contoh tersebut persepsi dipengaruhi oleh keadaan, waktu, tempat di mana si wanita tadi kita  lihat di dua tempat yang berbeda. Tentu penilaian kita akan berbeda pada saat kita berada di mall dan kita berada di lingkungan yang lebih serius yaitu lembaga pendidikan atau sekolah, dari dua hal ini timbul persepsi yang berbeda.

Kemudian bagaimana dengan pengambilan keputusan atau kesimpulan? apakah anda mengambil keputusan atau kesimpulan berdasarkan persepsi pribadi atau persepsi kelompok? 

Mengambil suatu keputusan terjadi karena adanya suatu masalah dan keputusan harus segera diambil. Untuk mengambil keputusan ini hendaknya harus bersifat rasional agar hasilnya dapat optimal. Kita tidak boleh menilai apalagi mengambil suatu keputusan berdasarkan persepsi semata namun ada langkah langkah yang harus dilakukan agar keputusan yang diambil itu optimal dan bersifat rasional.
Adapun langkah mengambil keputusan dimulai dengan mendefinisikan masalah, mengidentifikasikan kriteria keputusan, memberikan bobot terhadap kriteria yang akan diambil, mencari alternatif kemudian mengevaluasinya dan memilih alternatif yang terbaik.

Namun perlu diingat bahwa mengambil keputusan secara rasional perlu suatu asumsi tentang permasalahan yang ada diantaranya seperti  kejelasan masalah serta tidak adanya batasan waktu dan biaya dan kriteria yang diambilnya dapat diberikan bobot sehingga dapat dipilih alternatif keputusan yang rasional.


alam kehidupan sehari hari kita sering dihadapkan pada suatu penarikan kesimpulan karena adanya suatu berita yang kemungkinan belum tentu kebenarannya dan kita sudah mengambil suatu persepsi untuk seseorang atau suatu masalah.


Apakah anda sering melakukannya?
Dalam hal ini kita bisa meminjam peribahasa " tak kenal maka tak sayang" Jadi jika waktu anda terbatas maka hindari persepsi negatif dan bangun suatu persepsi positif dan waktu yang akan menjawab kesimpulan yang anda persepsikan.

Yasinta for OPNKU 16 September 2014 

Rabu, 10 September 2014

OPINIKU: Ayah dan Kacamataku

OPINIKU: Ayah dan Kacamataku: Dari kecil mataku sering mengalami gangguan karena memang lubang air mata yang kecil sehingga jika ada debu sedikit saja mata langsung mera...

Ayah dan Kacamataku

Dari kecil mataku sering mengalami gangguan karena memang lubang air mata yang kecil sehingga jika ada debu sedikit saja mata langsung merah. Atas saran dokter maka aku harus memakai kacamata dan itu baru direalisasikan 2 bulan yang lalu. Realisasi ini pun sedikit ada paksaan karena bertambahnya usia, mataku harus memakai kacamata lensa minus, lensa plus dan silinder. Alasan lainnya mengapa aku putuskan untuk akhirnya mau membeli kacamata karena ada fasilitas dari kantor suami yang cukup memadai untuk membeli frame dan lensa yang  bagus (menurut aku pribadi).

Hari berselang dan aku membawa pulang kacamata baru yang sebenarnya gak pengen aku pakai karena memakai kacamata sesuatu yang sangat mengganggu, kecuali kacamata hitam ya.

Begitu aku pakai kemudian aku lipat , kemudian dibungkus pelan dengan kain yang ada di tempat kacamata, sedikit aku tertegun melihat tulisan di bingkai kacamata dan kartu garansi untuk lensa kacamata. Pikiranku pun kembali ke masa lalu dan sedikit terhenyak , tiba tiba aku teringat sosok yang aku kenal selalu memakai kacamatanya. ya..dia adalah ayahku. Bagi ayahku kacamata tidak pernah lepas dari nya karena memang pandangan akan kabur jika tidak menggunakannya.

Sekilas aku teringat cerita ibuku saat ayahku yang sudah pensiun dari kegiatannya di legeslatif dan tugasnya di Pemda, praktis ayahku tidak banyak kegiatannya. Kegiatan sehari hari adalah mengantar ibu ke kantor dan sesekali mengantar adiku yang kecil kesekolah. Ayahku meski mempunyai tabungan tetapi beliau berpikir tabungan itu untuk sekolah adik adiku, maklum saat itu baru aku yang bekerja dan keempat adikku masih kuliah dan sekolah. Ayahku sangat detail dengan perencanaan keuangannya, saking detailnya , ia jadi amat sangat ketakutan jika terjadi seusatu yang tidak sesuai dengan rencana. Salah satunya adalah saat kacamata kebesarannya patah dan sudah tidak bisa digunakan lagi. Beliau tertegun dan mencoba merakit kacamata kebesarannya dengan karet dan benang.

Suatu saat kacamata kebesarannya ternyata sudah tidak bisa digunakan lagi, dan terpaksa harus menggantinya dengan yang baru. Dari cerita ibu yang melukiskan bagaimana ayahku mengkalkulasi penerimaan bulanan sehingga akhirnya ayahku menyimpulkan untuk tidak membeli kacamata dahulu, mengingat 2 adikku harus membayar uang kuliah dan lainnya membayar uang pangkal kuliah sebagai mahasiswa baru. Saat itu pun ayahku berpikir tidak berani menelponku karena beliau pikir aku sudah mengirimkan uang untuk hal lainnya dan jika harus menelponku beliau berpikir bagaimana aku harus bayar kos, harus menyisihkan untuk transport dan lainnya yang pikirannya terlalu rumit dan panjang jika kucerna saat ini,Intinya ayahku tidak mau menyusahkan anak anaknya.

Setahun setelah itu, aku pulang ke Jogja dan ayahku bercerita bahwa ia mempunyai kacamata baru dan dipamerkan ke aku. Langsung aku lihat dan kubaca sebuah kacamata yang bagus dan sesuai selera ayahku. Wah aku pikir ayahku sudah bisa membeli barang bagus berarti beliau sudah bisa mengiklaskan dari kalkulasi rumitnya. Kami pun tersenyum dan ayahku berkata sambil meledek bahwa meski ia sudah pensiun masih dapat membeli sesuatu yang tidak kalah seperti waktu masih aktif.

Beberapa hari setelahnya ayahku berpulang ke Khaliknya pada hari yang ia inginkan dan ia anggap sebagai hari besar. Beberapa hari sebelumnya ayahku pernah berujar seandainya ia dipanggil Sang Maha Kuasa, ayahku ingin di hari yang dirayakan seluruh dunia. Waktu itu aku tidak serius menanggapinya karena aku pikir itu masih lama dan mungkin beberapa tahun ke depan. Tapi ternyata hanya beberapa hari saja dari ucapan ayahku, memang benar benar kembali ke Sang Pencipta di hari yang dirayakan seluruh dunia, hari itu adalah malam perayaan tahun baru.

Sungguh pukulan yang amat sangat buatku dan keluarga terutama adik adikku, karena adikku yang no 2 hari itu akan berangkat ke Bandung untuk memulai hari pertama kerja dan 1 bulan ke depan adiku yang no 3 akan diwisuda yang tentu berharap ayahku akan bersamanya di hari bahagianya, dan ingin mempersembahkan selembar penghargaan lulus dengan cumlaude. Tapi semuanya buyar....kami hanya terdiam dipinggir peti memandang ayah. Kemudian aku bergegas mengambil kitab suci yang sehari hari beliau baca dan kusematkan di tangannya, kemudian ibuku tidak lupa menyematkan kacamata kebesaran ayahku. Aku menghayal bahwa nanti di sana ayahku bisa membaca buku dengan kacamata kebesarannya. Hayalan anak kecil tetapi terjadi padaku.

Satu minggu setelah ayahku berpulang, kami membereskan rumah dan oh ternyata kacamata baru ayahku masih ada. Ibuku berujar, ternyata ayah membelikan kacamata baru buat ibu, sepertinya ini kenang kenangan untuk ibuku yang setelah dipakai ternyata pas. Sambil memegang kacamata, ibu pun bercerita bahwa kacamata yang dipakai ayahku ini adalah kacamata baru tetapi stok lama. Aku berpikir ow, mungkin ini kacamata model lama tetapi masih baru di toko. Tetapi ibu bercerita lain, kacamata lama tetapi stok baru yang artinya kacamata ini adalah barang bekas. Aku cukup tertegun mendengar cerita itu. Ternyata ayahku membeli kacamata barunya di pasar "senthir", pasar yang menjual barang bekas dengan harga murah di pinggiran pasar Beringharjo. Jadi meskipun bermerek pasti kacamata itu harganya murah. ahhh...mengapa ayahku tidak bercerita, seandainya dia bercerita pasti aku akan belikan untuknya, kacamata yang memang benar benar baru. Ah ayahku..mengapa ia berpikir demikian dan melakukannya....aku tertegun dan terdiam mendengarnya....

Saat ini, kupandangi kacamata baruku dan aku teringat ayahku. Jika ayahku masih ada,  saat ini juga akan kubelikan kacamata yang paling keren yang beliau inginkan.....tapi itu tidak bisa terjadi......karena aku tidak bisa flasbak ke 14 tahun yang lalu......

Selamat ulang tahun Bapak di hari yang dirayakan seluruh Indonesia,pasti Bapak memakai kacamata paling keren di Surga, 17 Agustus 2014

Kamis, 08 Mei 2014

MEMAKNAI PERASAAN


Manusia sering bermasalah dengan "Perasaan" nya sendiri. "Perasaanku kok dia begitu ya sama aku?", Perasaanku aku sudah tidak suka dengan ini"..dan lain lain. Perasaan bisa muncul tiba tiba atau ada stimulus lain yang menyebabkan itu muncul. Perasaan yang muncul terkadang tanpa permisi dan ada yang membuat kita senang dan ada juga yang membuat kita tertekan. 

Perasaan akan menjadi pemicu dan penyebab kenapa kita sulit untuk Move On keluar dari masalah. Padahal banyak cara untuk memaknai dan mengendalikan perasaan kita

Saat kita dalam masalah, tanpa disadari kita sudah membuka konflik baru lagi dalam pikiran. Karena saat itu kita memiliki dua perasaan yang bertentangan pada saat bersamaan. Di satu sisi kita merasa tidak nyaman karena masalah tersebut dan disisi lain kita ingin cepat keluar dari masalah tetapi merasa tidak mampu.

Mari kita bahas satu persatu dalam memaknai perasaan. Yang pertama tentang pikiran. Bukankah Pikiran menjadi sangat kusut karena perasaan yg bercampur aduk yang tidak diurai atau kita tidak mau mengurainya. Mengapa perasaan kita tidak nyaman dalam masalah? Sebenarnya sangat sederhana. Kita sering memakai kacamata kuda saat melihat masalah dan akan muncul perasaan di mana kita yg paling benar, kita yang diperlakukan tidak adil, kita yang tidak dihargai, bla bla bla yang semuanya hanya akan bermuara pada penyangkalan dan ketidak berdayaan dan argumentasi diri kita . Padahal jika kita mau melihatnya  dengan perspektif yang berbeda maka  perasaan juga akan berbeda dan tindakan pun akan berbeda. Artinya kita telah memperbesar kemungkinan dan pilihan dengan mengubah perasaan kita

Mengapa kita senang memakai kacamata kuda? Jawaban nya juga sangat sederhana karena kita selalu membelenggu kebebasan berpikir  hanya berdasarkan kejadian atau fakta yang terjadi. Padahal otak manusia diciptakan begitu powerful dan memiliki kemampuan berpikir, merasa, berkata dan bertindak di atas kejadian atau fakta yang menyakitkan sejauh kita mau untuk menginstruksikan nya

Di sisi yang kedua, adalah tentang kemampuan. Kita sering merasa tidak mampu dan perasaan seakan kita tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi dan keluar dari masalah yang kita hadapi. coba kita ingat saat kita tertawa, pada saat kita tertawa  sebenarnya kita tau bahwa kita sedang mencampur-adukan antara mau dan mampu.

Mau adalah pilihan dan mampu adalah usaha. Jujurlah bahwa sebenarnya kita belum memilih untuk "Mau", sehingga jangan pernah berharap akan ada perubahan apapun atau bantuan pihak luar manapun sebelum kita memilih untuk mau keluar dari masalah itu sendiri. Kita harus mencari seribu alasan untuk keluar dari masalah yang kita rasakan. Carilah alasan yang paling mendasar mengapa kita harus keluar dari masalah tersebut dan itulah elemen dasar pilihan untuk mau.

Memutuskan dan mengijinkan diri kita untuk memilih mau akan mengubah perasaan menjadi lebih baik dan memengaruhi tindakan selanjutnya. Setelah kita memiliki komitmen atas pilihan "Mau" barulah kita memampukan diri melalui usaha.

Jadikan usaha dalam bentuk aktivitas dan perilaku yang nyata sekecil apapun itu. Jangan merasakan usaha sebagai "Kewajiban" tetapi rasakan sebagai sebuah "Perjuangan" yang pasti memerlukan "Pengorbanan".

Semoga Bermanfaat

Mei 2014, 
BSL-Boby S Laluyan for OPNku.blogspot.com

Kamis, 27 Maret 2014

OPINIKU: Tidak Perlu Terlalu Khawatir Berlebihan

OPINIKU: Tidak Perlu Terlalu Khawatir Berlebihan: "Khawatir adalah hal yang sering kita dengar dan kita alami. Untuk hal yang kecil pun kadang kita sering khawatir apalagi untuk hal d...

Tidak Perlu Terlalu Khawatir Berlebihan

"Khawatir adalah hal yang sering kita dengar dan kita alami. Untuk hal yang kecil pun kadang kita sering khawatir apalagi untuk hal dan tanggung jawab yang besar. Untuk seorang yang baru saja mendapatkan tugas baru, apakah itu dipromosikan atau mendapatkan pekerjaan baru dengan jabatan yang lebih keren dari sebelumnya tentu pernah mengalami rasa khawatir. Mereka mungkin akan  khawatir, bagaimana dia bisa menjalankan tugasnya, khawatir apakah anak buahnya akan senang atau sebaliknya, khawatir apakah nanti bebannya berat atau tidak. Kekhawatiran itu adalah hal yang masih dalam tahap yang wajar.
Namun kita juga sering melihat dan menjumpai ada beberapa kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu terjadi, yaitu kekhawatiran bahwa apakah nanti akan mendapatkan pujian, ataukah sebaliknya. Apakah nanti berhasil menorehkan suatu prestasi atau tidak. Karena saking khawatirnya maka kadang orang dalam kondisi ini akan menerima masukan dari berbagai pihak dengan panik. Semua masukan di dengarkan karena ingin menyenangkan berbagai pihak agar supaya nantinya tujuan tercapai.  Masukan bahwa cara si A dulu salah, cara si B tidak tepat, si D itu begini dan begitu dan akhirnya timbulah suatu kekhawatiran yang diakibatkan oleh gosip dan berdasarkan, "katanya", "katanya" dan "katanya". Dalam hal ini kekhawatian tersebut tidak perlu terjadi apabila kita mempunyai prinsip dan mempunyai arah jelas, pasti dan dapat dipertanggungjawabkan. Mungkin masukan itu perlu, namun masukan juga perlu disaring dan dipilah pilah serta harus berdasarkan bukti dan pedoman serta data yang jelas dan bukan karena “katanya”. Karena jika hal tersebut terjadi maka yang ada adalah keputusan yang tidak fair, atau keputusan berdasarkan asumsi kecurigaan. Atau hal lainnya yang tidak terpikirkan akan timbul dan malah akan menambah banyak kekhawatiran baru.

Kekhawatiran yang lainnya adalah kekhawatiran tentang kita dalam menjalani hidup. Senior pernah bercerita tentang kekhawatiran. Cerita kekhawatiran ini menceritakan tentang dua orang pelancong yang sedang mendaki gunung.

Ada dua orang pelancong Bule yang melakukan pendakian di sebuah gunung. Saat pulang, mereka terpaksa menumpang sebuah mobil rombeng.
Jalannya ter-sendat² karena mesin tuanya.
Sepanjang perjalanan, pelancong pertama sibuk mencemaskan kondisi mobil.

Ia terbekap rasa khawatir jila nanti mobil yang mereka tumpangi akan mogok  di tengah jalan. Ia khawatir kalo bensinnya habis dan tidak ada pom bensin di sana.

Sementara, pelancong kedua tampak santai² saja. Ia begitu menikmati pemandangan indah, melihat bukit-bukit yang mereka lewati. itu.

Sepanjang perjalanan melewati bukit  yang pucuknya dihiasi salju putih.
Beberapa kali ia mengabadikan keindahan itu dengan kamera pocketnya. Setelah satu jam berlalu, akhirnya mobil uzur itu pun tiba di kota yang dituju.

Pelancong bule yang merasa khawatir tersebut bertanya kepada temannya yang menikmati pemandangan , “Kok kamu sempat²nya ambil gambar pemandangan itu? Apa kamu tidak cemas?,” tanya pelancong pertama.

Kata Pelancong kedua : “Apa yang perlu dicemaskan?. Kalau menurut aku seandainya ada masalah, pasti nantikan ada jalan keluarnya”.Jadi aku akan menikmati perjalanan yang aku lakukan, apalagi perjalanan ini baru pertama kali buat aku.”Aku suka dengan perjalanan tadi,” kata pelancong kedua.

Kisah di atas menolong kita untuk memahami bagaimana seringkali kekhawatiran membuat kita kehilangan banyak hal yang berharga. Lebih buruknya lagi, seringkali kekhawatiran itu tidak terbukti separah yang kita khawatirkan atau malah tidak terbukti sama sekali.

Banyak orang hidup dalam kekhawatiran dan cemas mengenai apa yang belum terjadi. Orang sering takut dan tidak tau apa yang ia takuti. Akhirnya, orang seperti ini tidak akan menikmati kehidupan.

Kebahagiaan hidup hanya menjadi milik orang-orang yang mampu menikmatinya dengan penuh syukur.

Waktu hanya sekali berputar, tanggal hanya sekali dalam 1 hari dan akan berbeda lagi untuk esok hari. Ada menit yang harus dilalui dengan MANIS, ada pula menit yang harus dilalui dengan PAHIT. JALANILAH SETIAP DETIK DGN PENUH KESADARAN, AGAR KITA MENJADI LEBIH BIJAKSANA DALAM MENJALANI KEHIDUPAN INI. Berikan yang terbaik yang bisa kita lakukan di manapun kita berada dengan penuh optimis dan berpikiran positif. 
Selamat menjalankan hari dengan Pikiran yang Positif  !

Keep Positive Thingking
and
You will get a lot of Positive Things




Sabtu, 22 Maret 2014

Disiplin di Sekolah Tanggung Jawab Siapa?

Mengantar anak ke sekolah adalah rutinitas setiap pagi, tak terkecuali hari ini saya mengantar anak anak ke sekolah. Rutinitas ini dijalani selama anak anak masih terikat jadwal sekolah . Jam masuk sekolah pukul 06.30, jadi kami harus berangkat selambat lambatnya pukul 06.00 sudah harus keluar komplek. Lebih 1 menit saja, pasti jalanan sudah macet karena yang sekolah bukan hanya anak anak saya saja tetapi juga semua anak Indonesia berangkat pagi untuk bersekolah.

Beruntung beberapa bulan ini sepanjang jalan dari rumah ke sekolah sudah tidak ada pengerjaan galian,atau pengaspalan, sehingga waktu tempuh dari rumah ke sekolah kurang lebih 15 menit. Dengan waktu tempuh itu pasti anak anak tidak akan terlambat ke sekolah.  Sambil menunggu bel berbunyi saya beserta ibu ibu lainnya duduk di pinggiran kelas sambil mengamati anak kita masing masing. Tingkah dan candaan mereka kalau kita dengar pasti agak aneh dan sering membuat kita tersenyum dalam hati. maklum mereka masih polos dan baru tahun pertama di sekolah dasar. Setelah bel berbunyi semua anak tertib masuk ke kelas, dan kami para orang tua berangsur meninggalkan sekolah. Sayup sayup terdengar suara selamat pagi dan mulai berdoa pagi.

Tetapi begitu saya sampai pintu gerbang sekolah yang masih terbuka meskipun  bel sudah berbunyi,  masih ada saja anak yang berdatangan karena terlambat. Memang di sekolah anak saya jika datang terlambat diwajibkan ke ruang guru untuk menuliskan alasan keterlambatan. Atau kalau terlambatnya masih 10 menit diperbolehkan masuk namun setelah selesai berdoa pagi.

Sambil berjalan saya melihat ke lantai 2 karena ada kegaduhan di sana, sepertinya dari kelas 4 yang ternyata memang gurunya belum masuk ke kelas. Kemudian saya melihat 2 orang guru, baru datang menuju ke lantai 2. Rasanya aneh juga , di mana kelas lainnya sudah senyap dengan doa pagi dan mulai pelajaran , masih ada kegaduhan di kelas lainnya karena gurunya datang terlambat ke kelas.

Jika seperti ini sebenarnya siapakah yang tidak disiplin ya? muridnya atau gurunya? pertanyaan lain muncul ketika saya akan meninggalkan sekolah, masih ada saja murid murid yang berdatangan. Pertanyaan usil  saya muncul, sebenarnya  anaknya yang tidak disiplin atau orang tuanya yang mengantar sekolah ya yang tidak disiplin?

Hal yang lebih aneh lagi terjadi masih ada guru yang tergopoh gopoh lari menuju ruang guru untuk mengambil buku pelajarannya dan kemudian lari menuju kelasnya padahal bel sudah berbunyi kira kira 10 menit yang lalu. Sekarang saya baru tahu kenapa pintu gerbang sekolah tidak ditutup, hal itu untuk memfasilitasi mereka yang terlambat baik murid, guru, dan orang tua yang terlambat mengantar anaknya.

Jadi sebenarnya disiplin itu siapa yang harus menerapkan? anak? orang tua? guru? pihak sekolah? atau semuanya?
Kita sebagai orang tua, guru dan panutan anak anak, harus mulai menerapkan disiplin dari diri sendiri dan tentunya disertai komitmen kepada mereka. Pesan buat guru dan sekolah supaya memberikan komitmen yang tegas tentang disiplin, karena semua tingkah laku orang dewasa di seluruh Indonesia dimulai dari disiplin yang mereka terapkan sejak kecil. Jika tidak ada disiplin pastilah banyak ditemua kesemrawutan di mana mana, seperti yang sering kita jumpai.

Rabu, 19 Maret 2014

Semua Berasal dari Kebiasaan

Hari ini 19 Maret 2014, saya mendapatkan email dari pengajar senior yang selalu tidak henti hentinya mengirimkan tulisan tulisan inspiratifnya. Tulisan inspiratif ini tentu bukan hanya tulisan beliau sendiri, tulisan inspiratif ini mungkin dari berbagai macam sumber.

Berikut tulisan inspiratif tentang sesuatu yang besar baik itu positif maupun negatif semua berawal dari kebiasaan yang dilakukan. Tanpa kita sadari kebiasaan akan berkumpul dan menumpuk bahkan dapat berakar dan menjalar seperti akar pohon yang begitu kuat.


Kebiasaan itu dapat berupa kebiasaan baik ataupun kebiasaan buruk. Kebiasaan baik atau kebiasaan  buruk yang kita lakukan menjadikan kita terbiasa, dan terakumulasi sehingga membentuk suatu tindakan yang tanpa kita sadari akan muncul dalam keseharian sehingga menimbulkan sebuah karakter yang kuat.


Suatu hari seorang tua bijaksana berjalan melalui hutan bersama anak muda yang terkenal tidak bertanggung-jawab dan kepala batu.

Orang tua itu menghentikan langkahnya, lalu menunjuk sebuah pohon yang masih kecil, “Cabutlah pohon itu”, katanya. Segera pemuda itu membungkuk, dan hanya dengan dua jari saja ia dapat mencabut pohon itu.

Setelah berjalan lebih jauh lagi, orang tua itu berhenti di depan sebuah pohon yang agak besar. “Coba cabut pohon ini”, katanya. Sekali lagi pemuda itu menuruti perintahnya, namun kali ini dia menggunakan kedua tangannya dan dengan sekuat tenaga mencabut pohon itu sampai ke akarnya.

Akhirnya, mereka berhenti di dekat sebuah pohon yang sangat besar. “Sekarang, cabutlah pohon ini!”, perintahnya lagi.

“Wah, itu tidak mungkin!” protes pemuda itu. “Aku tidak dapat mencabut pohon sebesar ini, untuk memindahkannya diperlukan sebuah buldozer!”

“Engkau benar sekali”, jawab orang tua itu. “Kebiasaan, entah baik ataupun buruk, sama seperti pohon-pohon itu..."

Kebiasaan yang belum berakar dalam seperti pohon yang masih sangat kecil, dapat dicabut dengan sangat mudah.

Kebiasaan yang akarnya mulai mendalam seperti pohon yang sudah agak besar, untuk mencabutnya diperlukan usaha dan tenaga yang kuat.

Kebiasaan yang sudah sangat lama, telah berurat akar sangat dalam dan mencengkeram, sehingga orang itu sendiri tidak bisa lagi mencabutnya.

Oleh karena itu, berhati-hatilah membentuk kebiasaan. Jagalah agar kebiasaan yang sedang ditanamkan adalah kebiasaan baik.

Coba ambil waktu dan mari kita selidiki diri kita. Adakah kebiasaan buruk kita yang masih sangat kecil tertanam di diri kita?

Adakah ‘pohon’ buruk yang sudah agak besar?

Yang lebih penting, adakah ‘pohon’ besar yang sudah tertanam begitu lama?

Jika ada, carilah penyelesaian masalah atas kebiasaan buruk kita dan marilah berubah.

Selamat introspeksi diri dan berani mengambil keputusan untuk melakukan perubahan ke arah yang benar dan lebih baik dari hari ke hari.

Terimakasih untuk Senior saya atas email ini.

Kamis, 27 Februari 2014

cerita perjuangan yang inspiratif

Hari ini, saya membuka email saya dan mendapatkan email yang cukup inspiratif dari salah satu kolega yang disebarkan melalui millis. Entah siapa yang pertama kali menuliskan cerita ini, namun bagi saya tidak ada salahnya jika cerita ini saya bagikan dalam blog ini untuk dapat dibaca oleh teman teman saya. Sebelumnya saya minta ijin untuk menyebarkan tulisan ini yang saya tulis ulang. Untuk penulis pertama yang mengunggah tulisan ini di millis mohon ijin untuk share di blog ini.

Cerita ini berkisah tentang seseorang yang mempunyai mimpi besar dan berjuang untuk mewujudkannya tanpa pernah dia tahu hal itu akan terwujud di kemudian hari. Bagi pengguna smartphone pasti tidak asing lagi dengan aplikasi whatsApp. Aplikasi ini populer setelah aplikasi BBM, dan sebelum aplikasi lainnya seperti line.kakao talk dll. Banyak yang belum tahu siapa sebenarnya pencetus aplikasi WhatsApp, namun belakangan setelah aplikasi ini dibeli oleh perusahaan besar barulah semua tahu siapa sebenarnya Jan Koun.



Jan Koun, pendiri WhatsApp(WA), lahir dan tumbuh di Ukraina dari keluarga yang relatif miskin. Saat usia 16 thn ia nekat pindah ke Amerika, demi mengejar apa yang kita kenal sebagai  "American Dream". 

Di usia 17 tahun, ia hanya bisa makan dari jatah pemerintah. Ia nyaris menjadi gelandangan!!!  Tidur beratap langit, beralaskan tanah. Utk ber-tahan hidup, dia bekerja sebagai tukang bersih supermarket. Hidup begitu pahit, begitu Koun membatin. 

Hidup mereka kian terjal saat ibunya di diagnosa kanker. Mereka lalu hidup hanya dengan tunjangan kesehatan seadanya. Koun lalu kuliah di San Jose University. Tapi ia milih drop out. Ia lebih suka belajar programming secara otodidak.

Karena keahliannya sebagai programer,  Jan Koun, diterima bekerja sebagai engineer di Yahoo. Ia bekerja di Yahoo selama 10 thn. Selama bekerja di Yahoo   ia berteman akrab dengan Brian Acton. Mereka berdua bikin WA thn 2009. Setelah resign dari Yahoo, mereka berdua sempat melamar ke Google namun tidak diterima.



Setelah whatsApp resmi dibeli dengan harga 209 triliun, Jan Koun melakukan ritual yang mengharukan. Ia datang ke tempat di mana ia dulu setiap pagi antri untuk dapat jatah makan saat ia masih remaja miskin berusia 17 tahun.Ia menyandarkan kepalanya ke dinding tempat ia dulu antri dan mengenang saat itu  bahkan untuk makan ia tidak punya uang. Pelan2 air matanya meleleh. Ia tak pernah menyangka perusahaannya dibeli dengan harga  yang fantastis. Ia lalu terkenang ibunya yang sudah meninggal (karena kanker). Ibunya, yang rela menjahit baju buat dia demi menghemat. Tak ada uang, nak...  Jan Koun tercenung. Ia menyesal tak pernah bisa mengabarkan berita ini kepada ibunya.  

"Di tempat ini, nasib hidup saya pernah dipertaruhkan ...",  begitu mungkin Jan Koun berbisik dalam hati. 

Rezeki mungkin datang dari arah yang tak terduga.Remaja miskin yang dulu mendapat jatah makan sekarang berubah menjadi milyader. 

Terimakasih kepada penulis yang sudah membagikan cerita ini secara tidak langsung kepada saya dan kepada teman2 melalui blog ini. Tetap semangat bagi teman2 yang masih berjuang, karena rejeki akan datang dari mana saja tanpa kita duga selama kita mau berusaha.....................     
...