Kamis, 27 Februari 2014

cerita perjuangan yang inspiratif

Hari ini, saya membuka email saya dan mendapatkan email yang cukup inspiratif dari salah satu kolega yang disebarkan melalui millis. Entah siapa yang pertama kali menuliskan cerita ini, namun bagi saya tidak ada salahnya jika cerita ini saya bagikan dalam blog ini untuk dapat dibaca oleh teman teman saya. Sebelumnya saya minta ijin untuk menyebarkan tulisan ini yang saya tulis ulang. Untuk penulis pertama yang mengunggah tulisan ini di millis mohon ijin untuk share di blog ini.

Cerita ini berkisah tentang seseorang yang mempunyai mimpi besar dan berjuang untuk mewujudkannya tanpa pernah dia tahu hal itu akan terwujud di kemudian hari. Bagi pengguna smartphone pasti tidak asing lagi dengan aplikasi whatsApp. Aplikasi ini populer setelah aplikasi BBM, dan sebelum aplikasi lainnya seperti line.kakao talk dll. Banyak yang belum tahu siapa sebenarnya pencetus aplikasi WhatsApp, namun belakangan setelah aplikasi ini dibeli oleh perusahaan besar barulah semua tahu siapa sebenarnya Jan Koun.



Jan Koun, pendiri WhatsApp(WA), lahir dan tumbuh di Ukraina dari keluarga yang relatif miskin. Saat usia 16 thn ia nekat pindah ke Amerika, demi mengejar apa yang kita kenal sebagai  "American Dream". 

Di usia 17 tahun, ia hanya bisa makan dari jatah pemerintah. Ia nyaris menjadi gelandangan!!!  Tidur beratap langit, beralaskan tanah. Utk ber-tahan hidup, dia bekerja sebagai tukang bersih supermarket. Hidup begitu pahit, begitu Koun membatin. 

Hidup mereka kian terjal saat ibunya di diagnosa kanker. Mereka lalu hidup hanya dengan tunjangan kesehatan seadanya. Koun lalu kuliah di San Jose University. Tapi ia milih drop out. Ia lebih suka belajar programming secara otodidak.

Karena keahliannya sebagai programer,  Jan Koun, diterima bekerja sebagai engineer di Yahoo. Ia bekerja di Yahoo selama 10 thn. Selama bekerja di Yahoo   ia berteman akrab dengan Brian Acton. Mereka berdua bikin WA thn 2009. Setelah resign dari Yahoo, mereka berdua sempat melamar ke Google namun tidak diterima.



Setelah whatsApp resmi dibeli dengan harga 209 triliun, Jan Koun melakukan ritual yang mengharukan. Ia datang ke tempat di mana ia dulu setiap pagi antri untuk dapat jatah makan saat ia masih remaja miskin berusia 17 tahun.Ia menyandarkan kepalanya ke dinding tempat ia dulu antri dan mengenang saat itu  bahkan untuk makan ia tidak punya uang. Pelan2 air matanya meleleh. Ia tak pernah menyangka perusahaannya dibeli dengan harga  yang fantastis. Ia lalu terkenang ibunya yang sudah meninggal (karena kanker). Ibunya, yang rela menjahit baju buat dia demi menghemat. Tak ada uang, nak...  Jan Koun tercenung. Ia menyesal tak pernah bisa mengabarkan berita ini kepada ibunya.  

"Di tempat ini, nasib hidup saya pernah dipertaruhkan ...",  begitu mungkin Jan Koun berbisik dalam hati. 

Rezeki mungkin datang dari arah yang tak terduga.Remaja miskin yang dulu mendapat jatah makan sekarang berubah menjadi milyader. 

Terimakasih kepada penulis yang sudah membagikan cerita ini secara tidak langsung kepada saya dan kepada teman2 melalui blog ini. Tetap semangat bagi teman2 yang masih berjuang, karena rejeki akan datang dari mana saja tanpa kita duga selama kita mau berusaha.....................     
...