Kamis, 08 Mei 2014

MEMAKNAI PERASAAN


Manusia sering bermasalah dengan "Perasaan" nya sendiri. "Perasaanku kok dia begitu ya sama aku?", Perasaanku aku sudah tidak suka dengan ini"..dan lain lain. Perasaan bisa muncul tiba tiba atau ada stimulus lain yang menyebabkan itu muncul. Perasaan yang muncul terkadang tanpa permisi dan ada yang membuat kita senang dan ada juga yang membuat kita tertekan. 

Perasaan akan menjadi pemicu dan penyebab kenapa kita sulit untuk Move On keluar dari masalah. Padahal banyak cara untuk memaknai dan mengendalikan perasaan kita

Saat kita dalam masalah, tanpa disadari kita sudah membuka konflik baru lagi dalam pikiran. Karena saat itu kita memiliki dua perasaan yang bertentangan pada saat bersamaan. Di satu sisi kita merasa tidak nyaman karena masalah tersebut dan disisi lain kita ingin cepat keluar dari masalah tetapi merasa tidak mampu.

Mari kita bahas satu persatu dalam memaknai perasaan. Yang pertama tentang pikiran. Bukankah Pikiran menjadi sangat kusut karena perasaan yg bercampur aduk yang tidak diurai atau kita tidak mau mengurainya. Mengapa perasaan kita tidak nyaman dalam masalah? Sebenarnya sangat sederhana. Kita sering memakai kacamata kuda saat melihat masalah dan akan muncul perasaan di mana kita yg paling benar, kita yang diperlakukan tidak adil, kita yang tidak dihargai, bla bla bla yang semuanya hanya akan bermuara pada penyangkalan dan ketidak berdayaan dan argumentasi diri kita . Padahal jika kita mau melihatnya  dengan perspektif yang berbeda maka  perasaan juga akan berbeda dan tindakan pun akan berbeda. Artinya kita telah memperbesar kemungkinan dan pilihan dengan mengubah perasaan kita

Mengapa kita senang memakai kacamata kuda? Jawaban nya juga sangat sederhana karena kita selalu membelenggu kebebasan berpikir  hanya berdasarkan kejadian atau fakta yang terjadi. Padahal otak manusia diciptakan begitu powerful dan memiliki kemampuan berpikir, merasa, berkata dan bertindak di atas kejadian atau fakta yang menyakitkan sejauh kita mau untuk menginstruksikan nya

Di sisi yang kedua, adalah tentang kemampuan. Kita sering merasa tidak mampu dan perasaan seakan kita tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi dan keluar dari masalah yang kita hadapi. coba kita ingat saat kita tertawa, pada saat kita tertawa  sebenarnya kita tau bahwa kita sedang mencampur-adukan antara mau dan mampu.

Mau adalah pilihan dan mampu adalah usaha. Jujurlah bahwa sebenarnya kita belum memilih untuk "Mau", sehingga jangan pernah berharap akan ada perubahan apapun atau bantuan pihak luar manapun sebelum kita memilih untuk mau keluar dari masalah itu sendiri. Kita harus mencari seribu alasan untuk keluar dari masalah yang kita rasakan. Carilah alasan yang paling mendasar mengapa kita harus keluar dari masalah tersebut dan itulah elemen dasar pilihan untuk mau.

Memutuskan dan mengijinkan diri kita untuk memilih mau akan mengubah perasaan menjadi lebih baik dan memengaruhi tindakan selanjutnya. Setelah kita memiliki komitmen atas pilihan "Mau" barulah kita memampukan diri melalui usaha.

Jadikan usaha dalam bentuk aktivitas dan perilaku yang nyata sekecil apapun itu. Jangan merasakan usaha sebagai "Kewajiban" tetapi rasakan sebagai sebuah "Perjuangan" yang pasti memerlukan "Pengorbanan".

Semoga Bermanfaat

Mei 2014, 
BSL-Boby S Laluyan for OPNku.blogspot.com