Rabu, 10 September 2014

Ayah dan Kacamataku

Dari kecil mataku sering mengalami gangguan karena memang lubang air mata yang kecil sehingga jika ada debu sedikit saja mata langsung merah. Atas saran dokter maka aku harus memakai kacamata dan itu baru direalisasikan 2 bulan yang lalu. Realisasi ini pun sedikit ada paksaan karena bertambahnya usia, mataku harus memakai kacamata lensa minus, lensa plus dan silinder. Alasan lainnya mengapa aku putuskan untuk akhirnya mau membeli kacamata karena ada fasilitas dari kantor suami yang cukup memadai untuk membeli frame dan lensa yang  bagus (menurut aku pribadi).

Hari berselang dan aku membawa pulang kacamata baru yang sebenarnya gak pengen aku pakai karena memakai kacamata sesuatu yang sangat mengganggu, kecuali kacamata hitam ya.

Begitu aku pakai kemudian aku lipat , kemudian dibungkus pelan dengan kain yang ada di tempat kacamata, sedikit aku tertegun melihat tulisan di bingkai kacamata dan kartu garansi untuk lensa kacamata. Pikiranku pun kembali ke masa lalu dan sedikit terhenyak , tiba tiba aku teringat sosok yang aku kenal selalu memakai kacamatanya. ya..dia adalah ayahku. Bagi ayahku kacamata tidak pernah lepas dari nya karena memang pandangan akan kabur jika tidak menggunakannya.

Sekilas aku teringat cerita ibuku saat ayahku yang sudah pensiun dari kegiatannya di legeslatif dan tugasnya di Pemda, praktis ayahku tidak banyak kegiatannya. Kegiatan sehari hari adalah mengantar ibu ke kantor dan sesekali mengantar adiku yang kecil kesekolah. Ayahku meski mempunyai tabungan tetapi beliau berpikir tabungan itu untuk sekolah adik adiku, maklum saat itu baru aku yang bekerja dan keempat adikku masih kuliah dan sekolah. Ayahku sangat detail dengan perencanaan keuangannya, saking detailnya , ia jadi amat sangat ketakutan jika terjadi seusatu yang tidak sesuai dengan rencana. Salah satunya adalah saat kacamata kebesarannya patah dan sudah tidak bisa digunakan lagi. Beliau tertegun dan mencoba merakit kacamata kebesarannya dengan karet dan benang.

Suatu saat kacamata kebesarannya ternyata sudah tidak bisa digunakan lagi, dan terpaksa harus menggantinya dengan yang baru. Dari cerita ibu yang melukiskan bagaimana ayahku mengkalkulasi penerimaan bulanan sehingga akhirnya ayahku menyimpulkan untuk tidak membeli kacamata dahulu, mengingat 2 adikku harus membayar uang kuliah dan lainnya membayar uang pangkal kuliah sebagai mahasiswa baru. Saat itu pun ayahku berpikir tidak berani menelponku karena beliau pikir aku sudah mengirimkan uang untuk hal lainnya dan jika harus menelponku beliau berpikir bagaimana aku harus bayar kos, harus menyisihkan untuk transport dan lainnya yang pikirannya terlalu rumit dan panjang jika kucerna saat ini,Intinya ayahku tidak mau menyusahkan anak anaknya.

Setahun setelah itu, aku pulang ke Jogja dan ayahku bercerita bahwa ia mempunyai kacamata baru dan dipamerkan ke aku. Langsung aku lihat dan kubaca sebuah kacamata yang bagus dan sesuai selera ayahku. Wah aku pikir ayahku sudah bisa membeli barang bagus berarti beliau sudah bisa mengiklaskan dari kalkulasi rumitnya. Kami pun tersenyum dan ayahku berkata sambil meledek bahwa meski ia sudah pensiun masih dapat membeli sesuatu yang tidak kalah seperti waktu masih aktif.

Beberapa hari setelahnya ayahku berpulang ke Khaliknya pada hari yang ia inginkan dan ia anggap sebagai hari besar. Beberapa hari sebelumnya ayahku pernah berujar seandainya ia dipanggil Sang Maha Kuasa, ayahku ingin di hari yang dirayakan seluruh dunia. Waktu itu aku tidak serius menanggapinya karena aku pikir itu masih lama dan mungkin beberapa tahun ke depan. Tapi ternyata hanya beberapa hari saja dari ucapan ayahku, memang benar benar kembali ke Sang Pencipta di hari yang dirayakan seluruh dunia, hari itu adalah malam perayaan tahun baru.

Sungguh pukulan yang amat sangat buatku dan keluarga terutama adik adikku, karena adikku yang no 2 hari itu akan berangkat ke Bandung untuk memulai hari pertama kerja dan 1 bulan ke depan adiku yang no 3 akan diwisuda yang tentu berharap ayahku akan bersamanya di hari bahagianya, dan ingin mempersembahkan selembar penghargaan lulus dengan cumlaude. Tapi semuanya buyar....kami hanya terdiam dipinggir peti memandang ayah. Kemudian aku bergegas mengambil kitab suci yang sehari hari beliau baca dan kusematkan di tangannya, kemudian ibuku tidak lupa menyematkan kacamata kebesaran ayahku. Aku menghayal bahwa nanti di sana ayahku bisa membaca buku dengan kacamata kebesarannya. Hayalan anak kecil tetapi terjadi padaku.

Satu minggu setelah ayahku berpulang, kami membereskan rumah dan oh ternyata kacamata baru ayahku masih ada. Ibuku berujar, ternyata ayah membelikan kacamata baru buat ibu, sepertinya ini kenang kenangan untuk ibuku yang setelah dipakai ternyata pas. Sambil memegang kacamata, ibu pun bercerita bahwa kacamata yang dipakai ayahku ini adalah kacamata baru tetapi stok lama. Aku berpikir ow, mungkin ini kacamata model lama tetapi masih baru di toko. Tetapi ibu bercerita lain, kacamata lama tetapi stok baru yang artinya kacamata ini adalah barang bekas. Aku cukup tertegun mendengar cerita itu. Ternyata ayahku membeli kacamata barunya di pasar "senthir", pasar yang menjual barang bekas dengan harga murah di pinggiran pasar Beringharjo. Jadi meskipun bermerek pasti kacamata itu harganya murah. ahhh...mengapa ayahku tidak bercerita, seandainya dia bercerita pasti aku akan belikan untuknya, kacamata yang memang benar benar baru. Ah ayahku..mengapa ia berpikir demikian dan melakukannya....aku tertegun dan terdiam mendengarnya....

Saat ini, kupandangi kacamata baruku dan aku teringat ayahku. Jika ayahku masih ada,  saat ini juga akan kubelikan kacamata yang paling keren yang beliau inginkan.....tapi itu tidak bisa terjadi......karena aku tidak bisa flasbak ke 14 tahun yang lalu......

Selamat ulang tahun Bapak di hari yang dirayakan seluruh Indonesia,pasti Bapak memakai kacamata paling keren di Surga, 17 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar